Baru saja berniat untuk membiarkan benda jinjing menyala ini beristirahat, namun entah hasrat untuk menekan rentetan aksara di atas keyboard tiba-tiba begitu menggebu.

Kemarin siang, banyak informasi nilai ujian tengah semester yang muncul di Bakrie Information Gateway. Tidak jelek-jelek amat, tapi tidak memuaskan. Jauh lebih bagus nilai ujian pertengahan semester pada saat semester 1. Meskipun tidak memuaskan, aku menerima dengan lapang. Karena aku tahu, usaha akan sebanding dengan hasil. Dan memang, usaha pada ujian ini jauh dari kata usaha keras. 

Aku cerminkan pikiran dan perasaanku. 

Minggu-minggu ujian, aku berada dalam posisi yang sangat tidak mengenakkan. Bosan. Tidak bersemangat. Jenuh. Satu-satunya motivasi ketika minggu ujian kemarin adalah, aku harus membanggakan kedua orangtuaku, minimal dari hasil ujianku. 

Semangat memang selalu muncul ketika kita berada di posisi palung. 

Dan ketika hasil sudah terpampang dengan jelas, mengetahui kenyataan yang muncul, aku sekarang bersemangat. Bersemangat untuk memperbaiki semua! Semoga semangat ini tidak seperti tahi ayam yang hangat-hangat. 

--------------------------

Berbicara mengenai jenuh, ada dua pilihan yang bisa kamu pilih ketika berada pada posisi tersebut. Tetap disitu dan menunggu hingga rasa jenuh pudar dengan sendirinya atau  berusaha segera keluar dari kungkungan rasa tidak baik tersebut.

Jangan biarkan dirimu dikuasi oleh hal yang bukan dirimu.

Waktu menunjukkan tiga titik empat puluh dua. Aku baru saja keluar dari fase setengah hidup. Fase hidup yang paling menarik, dimana meskipun kamu menutup mata, kamu masih bisa melihat segalanya.

Sesuatu yang persegi panjang, berat dan menyala, memaksaku untuk bangun dan mematikannya. Sekian kalinya, lantai dan tanpa sadar tidur.

Sebelum benar-benar memencet tombol shutdown, aku menutup segala aplikasi yang masih menyala. Aku lupa. Sebelum aku masuk ke fase tadi, aku sedang membuka satu blog yang random, dengan model yang hampir sama dengan strukur blogku yang dulu. Sebelum aku memutuskan bahwa blog ini mengalami perubahan fungsi.

Aku rindu. Rindu dengan tidak terstrukturnya blogku masa lalu. Terlebih, aku rindu melakukan hiperbola terhadap aksara-aksara yang ingin aku tempel dalam layar yang kamu baca sekarang.

"Kakak, besok aku main ke rumah kakak lagi ya. Kita bikin boneka itu ya kak. Nanti aku ajak temenku yang lain."

Aku tersenyum, dan mengucapkan sampai jumpa kepada dua anak yang menemaniku sore hari itu. 

Aku yang awalnya memutuskan untuk terlibat dalam kegiatan sukarelawan -mengajar anak-anak prasejahtera- pada semester satu, pada akhirnya terseok untuk terlibat lagi pada semester dua ini. Aku yang masih tidak begitu ahli me-manage waktu atau prinsip-mendahulukan-prioritas yang membuat kegiatan ini sebagai hal bukan prioritas, aku anggap sebagai dua alasan yang masuk akal.

Tapi sore hari itu aku salah. Aku menyadari bahwa prioritas itu bukan semata-mata soal kewajiban, melainkan juga soal hak. Hak untuk berbagi.

Kegiatan sukarelawan menyadarkan bahwa berbagi adalah hal yang sangat menyenangkan. 

Sore itu, ketika aku berjalan menelusuri gang kecil sebagai salah satu alternatif jalan menuju kos, aku bertemu dengan dua anak yang pernah aku ajar. Kedua anak itu menyapa, dan bertanya mengapa aku lama sekali tidak datang untuk mengajar lagi. Aku tersenyum, menjawab dengan kata-kata yang aku anggap mereka paham.

Aku merasa bersalah. Mereka ingat dan mereka menunggu.

Aku menawarkan kepada mereka untuk datang ke kosku, dan mereka mengiyakan. Hasilnya, sore itu begitu menyenangkan.. kami saling bercerita, menonton film dan kami menikmati.

Meskipun kegiatan ini terlihat sederhana di mata kita yang notabene bukan sebagai objek, adik-adik melihat ini sebagai  kegiatan yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu.  Mereka tidak hanya membutuhkan sebuah ilmu, tetapi juga kasih sayang. Aku anggap hal ini sebagai sebuah kasih sayang dari seorang kakak kepada adiknya.