Saat Otak dan Hati Membuka Mulut

4/05/2012 07:11:00 PM


“Sekarang untuk apa ? Aku rasa kita sudah bertindak benar. Namun, apa yang terjadi ? Kamu lihat sendirikan hasilnya ?”
“Kamu bilang untuk apa ? Hei bung, apa kamu menyesal dengan pilihanmu ?”
“Aku tidak menyesal, tetapi aku marah ! Aku marah .. sangat marah .... hingga aku ingin sekali menangis saat ini !”
“Lalu, kenapa kamu masih bertanya untuk apa ?”
“Kamu tidak pernah tahu bagaimana rasanya. Kamu hanya otak yang hanya bisa berpikir, tanpa merasa.”
“Karena tugas kita memang berbeda. Aku untuk berpikir dan kamu untuk merasa. Tapi tidak bisakah kamu melihat ke depan dan berpikir positif ?
“Kita baru saja berada pada peringkat atas, lalu terjun bebas ke lantai dasar. Remuk dan sakit !”
“Kamu melupakan mereka yang sama kerja kerasnya dengan kita tetapi tetap pada peringkat atas. Kamu hanya berpikir kepada mereka yang berada peringkat atas tetapi nonsens. Mereka masih bisa, kenapa kita tidak ? Ini belum berakhir ....”
“Apa kamu menyesal karena hasil yang kita dapat tidak sebanding dengan usaha kita ?”
“Aku tidak menyesal. Aku percaya ini hanya proses. Tuhan hanya ingin kita masih berusaha dengan keras, tanpa batas. Coba kita bayangkan kalau kita masih berada pada peringkat atas ? Mungkin sekarang aku sudah beristirahat, mungkin daya juangku akan berkurang, mungkin kedekatanku dengan Tuhan ikut merenggang, atau mungkin dengan kemungkinan – kemungkinan negatif lainnya.”
“Kamu yakin kita masih berada pada jalan yang benar ?”
“Aku yakin dan sangat yakin. Apapun hasilnya, yang terpenting kita sudah berusaha keras dan tetap berada pada prinsip kita.”

Saat otak dan hati membuka mulut, saat itu ..

You Might Also Like

2 comments

  1. saya jadi punya ide untuk buat novel tentang sequel sequel percakapan mereka ya

    BalasHapus

Subscribe