Karena Jurnalistik yang Begitu Menggelitik
9/12/2012 09:50:00 PM
“Orang boleh sepandai
langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari
sejarah” - Pramodya Ananta Noer “Rumah
Kaca”.
Berkaca
dari kutipan salah satu penulis besar milik bangsa tersebut, alasan apa lagi
yang membuat saya untuk tidak menulis ? Menulis bagi saya adalah sebuah candu.
Pengaruhnya jauh lebih besar dan lebih luas dari semua obat – obatan narkotika
yang ada di dunia ini.
Terdapat
semacam rasa bersalah dan hasrat yang begitu menggebu setiap saya melewati hari
tanpa menulis sebuah cerita. Lebih sering sebuah cerita yang hanya terdiri dari
beberapa baris kalimat saja. Ide memang selalu berloncatan seperti elektron
dalam sebuah partikel kecil bernama atom. Namun, dari sekian banyak ide
tersebut, hanya beberapa yang tertangkap, tertuang dan terselesaikan.
Entah
dimana saya pernah membaca sebuah pembenaran atas apa yang terjadi diatas.
Bahwa ide yang muncul di kepala manusia, puluhan bahkan mampu ratusan
jumlahnya. Namun, sayang hanya secuil yang kemudian mampu diwujudkan dengan
baik. Demikian halnya dengan ide menulis.
Sempat
terpikir untuk masuk ke dalam jurusan ilmu komunikasi lalu menjadi seorang
wartawan ketika saya menginjak tingkat dua sekolah menengah atas. Saya sudah
lama menyadari bahwa writting is one of
passions. Saya ingin menekuni dan belajar dunia tulis – menulis, kemudian
menjadikan menulis sebagai pekerjaan masa depan yang saya inginkan. Tetapi saya
harus berbicara mengenai realita. Tidak akan ada artinya ketika memiliki passion yang sudah benar – benar tersurat
tanpa ada dukungan dari kedua orangtua.
Akhirnya,
saya memilih untuk masuk ke dalam Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, jurusan
Akuntansi. Saya tidak pernah menyesal. Because
whatever I do, whatever I learn, hidup saya tidak akan pernah jauh dari
menulis. Dan belajar menulis tidak
melulu harus masuk ke dalam fakultas sastra, ilmu komunikasi atau disiplin ilmu
lain yang sejenis. Toh, ketika saya
masuk ke dalam dunia perkuliahan, akan terdapat banyak cara untuk belajar
non-akademis yang saya inginkan. Salah satunya dengan mengikuti unit
kemahasiswaan.
Unit
kemahasiswaan jurnalistik-lah yang berhasil menggelitik hati saya untuk
menjatuhkan pilihan. Memilih jurnalistik berarti saya memilih untuk memperdalam,
mengasah dan yang paling penting memilih untuk mengerjakan apa yang saya cinta
(baca: menulis dan berorganisasi).
----------
Sebuah essay yang menjadi salah satu syarat untuk diseleksi dalam
OpenRec unit kemahasiswaan jurnalistik Universitas Bakrie 2012/2013
---------
0 comments