Bertanya Setelah Kelulusan

1/17/2016 10:06:00 PM


Ada beberapa hal yang sering kali menghampiri pikiran saya akhir-akhir ini. Apalagi kalau bukan tentang hal yang berkaitan dengan kuliah dan setelah kuliah.

Tinggal menghitung jari, semuanya tidak akan terasa sama lagi. Sudah tidak ada persembunyian akan beberapa hal yang tidak bisa diselesaikan menggunakan tameng sebagai anak kuliahan. Iya, Brilian sebentar lagi akan menjadi wanita (menuju) dewasa. Will be a woman, not be a girl anymore.

Jika tahun 2015 lalu, yang menjadi pikiran saya adalah mau mengisi apa di tahun terakhir sebagai kuliahan. Tahun 2016 ini yang menjadi pikiran saya adalah mau menjadi apa, mau berkarir dibidang apa, mau lanjut kuliah kapan dan apakah saya akan mencintai pekerjaan saya.

Saya berpikir apakah semua atau kebanyakan orang akan kehilangan idealisme atau passion mendalamnya ketika sudah dihadapkan dengan dunia bernama realita.

Saya sadar betul, dengan observasi secara kasat di lingkaran pertemanan saya, mereka yang sangat idealis di dunia perkuliahan, pada akhirnya akan terkikis sedikit demi sedikit idealisme mereka ketika sudah dihadapkan dengan tantangan sosial seperti memiliki pekerjaan mapan dan keharusan sosial lainnya.

Berdasarkan pengalaman magang di beberapa perusahaan besar baik nasional maupun multinasional, saya tidak melihat kebanggaan besar yang tersirat dari para pekerjanya akan perusahaannya. Maksud saya, jika dibandingkan dengan kebanggaan akan tempat kuliah atau sekolah misalnya.

Misalnya saja, rasanya sangat bangga ketika sekolah menengah atas masuk ke dalam jajaran 10 sekolah terbaik misalnya. Tapi apabila kantor tempat bekerja mendapat penghargaan berupa 5 besar perusahaan terbaik di industri tersebut, apakah masih tersimpan rasa bangga yang sama?

Saya tidak tahu apakah setiap pekerja yang berada di dalam perusahaan sudah bekerja sesuai dengan kata hati mereka atau tidak. Masuk kantor pukul delapan atau sembilan, pulang paling tidak pukul lima. Belum lagi jika berada di kota besar, kemacetan di mana-mana, bisa menghabiskan berjam-jam di jalan.

Saya mempertanyakan kepada para pekerja di perusahaan yang berjuang menerjang kemacetan, menghabiskan paling tidak empat jam untuk perjalanan dari kantor ke rumah serta terkadang lembur sampai tengah malam, tentang apa sebenarnya yang mereka cari.

Bekerja sekeras mungkin dan mencapai target untuk bos yang masih memiliki bos, yang masih ada bos-bosnya lagi, dan juga bos-bos lainnya.

Selain itu, saya juga melihat banyak pekerja yang berpindah-pindah tempat pekerjaan, entah belum atau tidak menemukan kecocokan, atau mengejar posisi yang lebih tinggi.

Memang tidak mungkin bisa dibandingkan dengan semasa sekolah. Tidak mungkin kan setahun di sekolah A, setahun di sekolah B, setahun di sekolah C … kecuali jika memang kamu ikut orang tua yang pekerjaannya mengharuskan kamu berpindah-pindah tempat.

Saya mempertanyakan apakah masih ada pekerja yang mengerjakan semua pekerjaannya dengan hati? Layaknya teman-teman yang aktif di organisasi non-profit yang bekerja sepenuh hati meski tanpa dibayar sepersen pun?

Apakah ada keinginan mendalam yang mereka cari? Apakah ada impian yang mendorong untuk semangat memberikan yang terbaik, selain dengan embel-embel remunerasi?

Saya mempertanyakan kepada mereka yang mungkin juga sedang bertanya…

You Might Also Like

3 comments

  1. Jalani apa yang menjadi naluri anda. Jangan lihat si A sukses di bidang x dan si B sukses di bidang y kemudian anda tertarik pada bidang x,y dan menekuni hal tersebut serta berharap sukses seperi mereka. Belum tentu...karena anda bukan a dan b..Bisa jadi jati diri anda adalah z,q atau r dst

    BalasHapus
  2. Sudah terjawab.
    Cintai pekerjaanmu bukan perusahaanmu, jadi berpindah-pindah perusahaan sah saja. Kadang alasan berpindah pun tidak melulu tentang karir, penghasilan. Pernah dengar alasan bosan? Tidak nyaman? Bahkan alasan terlalu nyaman?

    Ingat, zona aman--zona nyaman itu kadang-sering buat kita tumpul, kehilangan ilmu baru, membiaskan kepekaan. Tapi saat tidak nyaman pun membuat kamu tidak fokus terhadap profesi. Zona seimbang (sesuatu yg berlebih itu tidak 'baik' bukan?).

    Untuk karir-penghasilan...
    Camkan ini,
    Manusia itu domainnya adalah berusaha/ikhtiar. Untuk hasil sudah bukan lagi wewenang manusia, karena selalu tidak pasti, yg ada hanya prediksi - maka disebut kekuasaan-Nya.
    Yg bisa kita prediksi hanya menua dan mati. So...drpd ribet prediksi yg tidak pasti, jalani saja semampunya-jangan berlebihan.

    Uda ah capek, pingin lanjut japri aja.

    daaaah...

    BalasHapus

Subscribe