Aku Merasa Gagal sebagai Orang Asli Jawa

8/18/2013 10:10:00 PM

Sebagai seorang turunan asli jawa, aku merasa gagal. Iya, gagal. Kedua orangtuaku sama-sama berasal dari Jawa Tengah, hanya berbeda kabupaten. Itupun dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Akan tetapi, "keaslian" darah jawaku ternyata tidak membuatku paham betul mengenai budaya jawa tersebut, khususnya mengenai masalah bahasa. 

Aku tidak paham betul dengan tingkatan-tingkatan bahasa jawa berdasar siapa yang diajak berbicara. Hanya sekadar tahu, iya sekadar. Kosakataku minim, pelafalanku kaku dan aku susah memahami maksud apa yang dibicarakan, terutama apabila menggunakan tingkatan bahasa paling tinggi, baik dialog maupun bacaan. Aku juga tidak paham betul dengan tata cara, adat istiadat, cerita-cerita yang dibalut dalam raga wayang, dan hal-hal lain yang menyusun kompleksitas pembelajaran bahasa jawa itu sendiri.

Mungkin terlalu jahat apabila secara mentah-mentah aku menyalahkan sistem pendidikan selama ini. Aku mempelajari bahasa jawa sejak aku duduk di bangku dasar karena bahasa jawa adalah salah satu muatan lokal wajib yang terdapat dalam kurikulum sekolah. Selama itu aku belajar, ternyata dampak yang terlihat secara langsung (re: aplikasi bahasa) tidak terlalu nampak dibanding dengan bahasa inggris atau bahasa indonesia yang aku pelajari dengan waktu yang hampir sama lamanya.

Atau, apakah aku harus menyalahkan kedua orangtuaku yang tidak mengaplikasikan bahasa jawa dengan baik dalam perbincangan kami sehari-hari? Sejak kecil, aku tidak pernah menerapkan "granmmar" unggah-ungguh basa  yang benar kepada orangtuaku, meskipun mereka berdua berada pada tingkatan yang lebih dari aku. Bahasa yang kami pergunakan juga sering bercampur dengan bahasa indonesia. Yang penting hanya sopan, dan menghargai. Jadi, entahlah.

Dan terakhir, apakah ini murni kesalahanku? Rasa melestarikan dan mengagungkan bahasa lokalku tidak begitu tinggi semasa aku diberi kewajiban untuk mempelajari mata pelajaran yang serasa dianak tirikan tersebut oleh banyak pihak. Dan ketika aku menyadari semuanya, nyatanya aku sudah duduk di bangku maha yang tidak akan menemui pelaran bahasa jawa lagi secara formal.

Epilog

Terlambat bukan berarti tidak bisa memperbaiki. Bukan berarti menyalahkan keadaan, pihak tertentu, atau yang laininya. Terlambat berarti diberi kesempatan belajar dan memperbaiki keterlambatan di waktu yang lain. Selamat memperbaiki keterlambatan!




You Might Also Like

6 comments

  1. kamu sendiri lahitnya di jawa gak mbak ?? kalo gak darah jawa, pasti gak bisa lah #asalceplos..
    hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. lahir di Jawa kok, kan aku juga dapat pelajaran bahasa jawa waktu di bangku sekolah :)

      Hapus
  2. berati soal boso ngoko, kromo alus, kromo inggil juga gak tau? wahh -___- haha

    BalasHapus
    Balasan
    1. tahu kok, tapi ngga terlalu fasih kalau ngomong.

      Hapus
  3. nggak masalah, aku juga belajar. kromo dan kromo inggil itu agak yah... lumyan berat di terapkan kalau tidak terbiasa. :) nice blog

    BalasHapus

Subscribe